Jakarta — Harga Bitcoin (BTC) kembali menghijau pada perdagangan Kamis (20/11/2025) setelah sempat terpuruk dalam beberapa hari terakhir. Berdasarkan data Coinmarketcap, Bitcoin naik 1,88% dalam 24 jam terakhir dan berada di level USD 92.902,64 atau sekitar Rp 1,55 miliar. Meski demikian, secara mingguan aset kripto terbesar ini masih melemah 8,9%.
Ethereum (ETH) juga berbalik menguat tipis 0,01% dalam 24 jam, namun selama sepekan masih terkoreksi 12,19% dan diperdagangkan di USD 3.045,94 atau Rp 50,9 juta.
Sebelumnya, Bitcoin sempat jatuh ke level terendah mingguan di bawah USD 89.000 pada Rabu, menurut Messari. Pelemahan harga kripto turut menyeret saham perusahaan terkait: saham Strategy anjlok lebih dari 11%, sementara Coinbase Global turun hampir 5%.
Arus keluar dana dari ETF Bitcoin spot juga menekan pasar. Farside Investors mencatat, selama lima hari berturut-turut ETF Bitcoin mengalami outflow kolektif hampir USD 2,3 miliar. Sementara itu, data CoinGlass menunjukkan arus keluar harian mencapai USD 866,7 juta pada Kamis, terbesar sejak Agustus.
Di tengah tekanan pasar, Executive Chairman Strategy, Michael Saylor, menyatakan tetap percaya diri. Perusahaan bahkan menambah kepemilikan Bitcoin meski harga tengah anjlok. Saylor menegaskan bahwa volatilitas ekstrem bukan hal baru bagi Bitcoin, mengingat sebelumnya kripto ini pernah terjun hingga di bawah USD 4.000 pada awal pandemi 2020.
Menurut Saylor, Strategy telah menyiapkan diri untuk menghadapi penurunan harga hingga 80–90% dari level tertinggi sepanjang masa (ATH) Bitcoin di sekitar USD 126.000. Penurunan sebesar itu akan membawa harga ke kisaran USD 12.621–USD 25.242 — level yang ia sebut tidak asing bagi perusahaannya, mengingat Strategy pertama kali membeli Bitcoin pada harga rata-rata USD 11.600 pada 2020.
Tekanan pelemahan Bitcoin pekan ini dipicu aksi jual aset berisiko secara global, terutama saham teknologi yang dinilai overvalued, serta ketidakpastian mengenai arah kebijakan suku bunga AS. Kombinasi faktor makro dan besarnya arus keluar dari ETF memicu penurunan harga Bitcoin ke bawah USD 90.000 untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan pada 18 November 2025.