Analis veteran Peter Brandt menilai Bitcoin (BTC) tidak akan mencapai level $200.000 dalam waktu dekat, meskipun narasi bullish sempat menguat tahun ini.
Dalam pandangannya, target harga tersebut baru realistis terjadi pada kuartal ketiga 2029, jauh lebih lambat dibanding proyeksi sejumlah eksekutif kripto yang meyakini kenaikan besar akan terjadi sebelum 2025.
Prediksi Brandt yang Kontras dengan Ekspektasi Pasar
Dalam unggahannya di X, Brandt menyebut bahwa ia tetap menjadi pendukung jangka panjang Bitcoin.
Namun ia menegaskan bahwa bull market berikutnya memiliki ritme yang lebih lambat, dan reli menuju $200.000 kemungkinan baru terjadi sekitar empat tahun dari sekarang.
Pandangan ini bertolak belakang dengan prediksi tokoh-tokoh besar yang sebelumnya memperkirakan lonjakan lebih cepat.
Arthur Hayes dan Tom Lee, misalnya, sama-sama yakin Bitcoin bisa menyentuh $200.000 pada akhir tahun ini.
Bahkan Brian Armstrong dan Cathie Wood memproyeksikan Bitcoin dapat mencapai $1.000.000 pada 2030.
Perbedaan ini menunjukkan adanya gap ekspektasi antara analis teknikal jangka panjang dan pelaku industri yang lebih agresif dalam menilai momentum pasar.
Koreksi Tajam Bitcoin Dinilai sebagai Fase Reset Sehat
Harga Bitcoin sedang berada dalam tekanan setelah menyentuh all time high $125.100 pada 5 Oktober 2025.
Sejak itu, harga bergerak turun dan sempat mencapai lecel $85.000, atau menyusut lebih dari 20% dalam 30 hari. Meski begitu, Brandt melihat penurunan tajam ini sebagai fase reset yang sehat.
Dalam pandangannya, koreksi besar diperlukan untuk membersihkan tekanan spekulatif, mengatur ulang struktur pasar, dan membuka peluang bagi reli berikutnya yang lebih stabil.
Beberapa analis lain juga mendukung pandangan ini, dengan menyebut bahwa periode tekanan jual historis sering kali mendahului fase kenaikan yang lebih kuat.
Bitcoin Disejajarkan dengan Pola Komoditas Era 1970-an
Brandt juga menyoroti kemiripan pola grafik Bitcoin dengan pasar kedelai pada 1970-an.
Ketika itu, harga kedelai melonjak tajam sebelum mengalami penurunan sekitar 50% ketika suplai meningkat dan permintaan melemah.
Ia menilai Bitcoin sedang berada pada fase yang serupa. Pola pergerakan yang tampak kuat kemudian melemah adalah karakteristik umum dari pasar yang sedang membentuk puncak siklus.
Analogi ini memperkuat pandangan Brandt bahwa bull market berikutnya membutuhkan waktu lebih panjang, bukan sekadar beberapa bulan.
Penjualan Institusional Meningkatkan Tekanan ke Harga Bitcoin
Tekanan di pasar juga diperkuat oleh lonjakan aktivitas penjualan dari institusi.
Charles Edwards dari Capriole Investments menyebut bahwa Bitcoin belum pernah mengalami porsi penjualan institusional sebesar ini dibandingkan volume Coinbase sepanjang sejarahnya.
Kondisi ini memberi gambaran bahwa para pelaku besar masih memilih mengurangi eksposur sebelum masuk kembali di level yang mereka anggap lebih ideal.