Jakarta – Bank Sentral Eropa (ECB) mengeluarkan peringatan keras mengenai pesatnya ekspansi stablecoin yang dinilai berpotensi menimbulkan risiko baru terhadap stabilitas keuangan global. Temuan ini disampaikan dalam laporan berjudul “Stablecoins on the rise: still small in the euro area, but spillover risks loom”, dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (25/11/2025).
Menurut laporan tersebut, kapitalisasi pasar gabungan stablecoin kini melampaui USD 280 miliar (Rp 4.663 triliun), mencapai rekor tertinggi dan mewakili sekitar 8% dari total pasar kripto. Namun, pasar ini didominasi oleh stablecoin berdenominasi dolar AS, terutama Tether (USDT) senilai USD 184 miliar dan USDC sebesar USD 75 miliar. Sebaliknya, stablecoin berbasis euro hanya bernilai 395 juta euro, menunjukkan ketimpangan mata uang yang signifikan.
ECB menilai sebagian besar aktivitas stablecoin—sekitar 80%—berasal dari perdagangan di bursa kripto terpusat, bukan penggunaan pembayaran di dunia nyata. Hanya 0,5% volume transaksi yang dikategorikan sebagai aktivitas ritel organik, menandakan minimnya adopsi konsumen.
Laporan juga menyoroti kerentanan struktural, termasuk risiko pelepasan nilai tukar (de-pegging) serta potensi penarikan dana besar-besaran. Risiko makin meningkat karena stablecoin utama memegang cadangan besar berupa surat utang pemerintah AS. USDT dan USDC kini berada di antara pemegang obligasi negara terbesar di dunia, sehingga guncangan pada pasar stablecoin dapat memicu tekanan pada pasar obligasi AS.
Jika pertumbuhan berlanjut, kapitalisasi stablecoin diprediksi dapat mencapai USD 2 triliun pada 2028, memperbesar risiko sistemik, terutama karena lebih dari 90% pasokan dikuasai hanya dua penerbit.
ECB menegaskan perlunya kewaspadaan regulasi lebih ketat untuk mencegah dampak rambatan bagi sistem keuangan global.