Penulis “Rich Dad, Poor Dad”, Robert Kiyosaki, kembali mengeluarkan peringatan keras tentang potensi “crash terbesar dalam sejarah” yang menurutnya sudah mulai terlihat.
Ia menilai kombinasi hilangnya pekerjaan akibat AI dan tekanan berat di sektor properti global sebagai pemicu utama gejolak ekonomi ini.
Kiyosaki mengatakan prediksi ini ia tulis sejak 2002 dalam bukunya Rich Dad’s Prophecy, yang kemudian dicetak ulang pada 2013. Ia menegaskan bahwa kondisi saat ini di AS, Eropa, dan Asia telah sesuai dengan skenario yang ia peringatkan saat itu.
AI, Properti, dan Ketidakpastian Global Jadi Pemicu Utama
Dikutip dari The Economic Times, menurut Kiyosaki, AI dapat menghapus jutaan pekerjaan, dan ketika lapangan kerja tergerus, dampaknya langsung terasa pada perkantoran dan perumahan yang mengalami tekanan harga.
Ia menyebut stres di sektor real estate sebagai titik lemah yang akan mempercepat koreksi ekonomi.
Kiyosaki menilai bahwa perubahan teknologi bergerak jauh lebih cepat daripada kesiapan ekonomi global. Ia memperingatkan bahwa banyak orang belum menyadari seberapa cepat risiko ini berkembang.
Logam Mulia Jadi Pilihan Utama Versi Kiyosaki
Dalam pesannya, Kiyosaki kembali menyarankan investor untuk mempertimbangkan emas, perak, Bitcoin, dan Ethereum sebagai aset lindung nilai. Namun ia menyebut perak sebagai pilihan paling menarik karena dianggap aman dan undervalued.
Ia memprediksi harga perak yang saat ini disebutnya sekitar US$50 dapat naik ke US$70 dalam waktu dekat dan berpotensi mencapai US$200 pada 2026. Selain itu, Kiyosaki mengaku memiliki dua tambang emas dan menargetkan harga emas mencapai US$27.000, meski prediksi itu berasal dari rekannya, Jim Rickards.
Prediksi Kontroversial dan Respons Pasar
Peringatan Kiyosaki menuai reaksi beragam karena ia beberapa kali mengeluarkan prediksi serupa pada 2025 yang tidak terjadi. Figur lain seperti Grant Cardone secara terbuka menolak klaim tersebut dan menilai pesannya terlalu berlebihan.
Meski begitu, pernyataan Kiyosaki tetap memicu perdebatan tentang dampak AI terhadap ekonomi dan apakah volatilitas saat ini merupakan koreksi sementara atau fase awal krisis yang lebih besar. Ia menegaskan bahwa mereka yang bersiap dapat menemukan peluang meski pasar runtuh.