Skip to content

Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia

Menu
Menu

Bitcoin Tertinggal dari Emas dan Perak akibat Tekanan Makroekonomi AS

Posted on December 6, 2025

Harga emas dan perak terus melesat dalam beberapa pekan terakhir, sementara Bitcoin justru bergerak stagnan. Kontras pergerakan ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap potensi policy error dari bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve, terutama menjelang pengumuman keputusan suku bunga pada 10 Desember mendatang.

Menurut data TradingEconomics, perak mencatat kenaikan hingga 86% sepanjang tahun berjalan, diikuti emas yang naik 60%. Sebaliknya, Bitcoin berada di wilayah negatif sekitar 1,5% berdasarkan data Yahoo Finance.

Adapun, data CompaniesMarketCap turut menunjukkan bahwa emas dan perak menempati jajaran aset global teratas berdasarkan kapitalisasi pasar, masing-masing di posisi pertama dan keenam, sementara Bitcoin berada di urutan kedelapan.

Kekhawatiran Terhadap Inflasi AS yang Membandel

Mengutip laporan Decrypt, Chief Investment Officer di Merkle Tree Capital, Ryan McMillin, menjelaskan bahwa investor saat ini cenderung mengalihkan dana ke aset lindung nilai seperti emas dan perak di tengah kekhawatiran terhadap monetary debasement, ketidakpastian makro, serta risiko The Fed memangkas suku bunga terlalu cepat.

Risiko terbesar berada pada potensi inflasi yang tetap tinggi. Indikator seperti Core PCE terlihat kembali merangkak menuju area 3% per tahun, didorong oleh meningkatnya biaya layanan dan perumahan. Kondisi ini membuat pasar waspada bahwa pemangkasan suku bunga sebelum inflasi benar-benar terkendali dapat memicu kesalahan kebijakan.

Pergantian sentimen ini menciptakan divergensi mencolok antara Bitcoin, logam mulia, dan pasar saham Amerika Serikat.

Berbeda dengan reli kuat pada logam mulia dan saham, Bitcoin masih memulihkan diri dari guncangan likuidasi besar pada 10 Oktober. McMillin menyebut bahwa saham saat ini berada dalam fase late-cycle melt-up, sedangkan Bitcoin memasuki fase mid-cycle repair akibat proses deleveraging pasca peluncuran ETF.

On-chain turut menunjukkan peningkatan suplai Bitcoin yang berada dalam kondisi rugi, sebuah indikasi kapitulasi dari investor jangka pendek. Para analis menilai fenomena ini lazim terjadi pada fase pertengahan siklus sebelum tren bullish berikutnya terbentuk.

Menjelang keputusan suku bunga The Fed, spekulasi semakin meningkat. Data CoinGlass mencatat lebih dari US$6 miliar posisi Bitcoin berpotensi terkena likuidasi apabila harga bergerak agresif.

Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$92.000 dan turun sekitar 1,3% dalam 24 jam terakhir menurut CoinMarketCap.

Meski kinerjanya tertinggal dari logam mulia dan indeks saham AS, McMillin menilai pemisahan tren ini bersifat sementara. Ia memperkirakan bahwa ketika likuiditas global kembali meningkat dan order book Bitcoin menguat, performa aset kripto terbesar tersebut akan kembali mengikuti arah pasar yang lebih luas.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • OJK Terbitkan Aturan Baru Perdagangan Aset Kripto, Ini Rinciannya
  • Bitcoin Tertinggal dari Emas dan Perak akibat Tekanan Makroekonomi AS
  • ETF Sui Pertama Siap Meluncur di AS
  • ChatGPT Ungkap Arah Bitcoin, Solana, dan XRP di Pengujung 2025
  • Buyback Dipercepat & Burn Mencapai $80 Juta, Kenapa Harga Aster Belum Naik?

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • December 2025
  • November 2025
  • October 2025
  • September 2025
  • August 2025
  • July 2025
  • June 2025
  • May 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024

Categories

  • Alt Coin
  • Hot Crypto
  • Hot News
  • Solusi Investasi
  • Uncategorized
©2025 Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia | Design: Newspaperly WordPress Theme