Penambangan Bitcoin di China kembali terguncang setelah sekitar 400 ribu mesin mining mati mendadak di wilayah Xinjiang.
Dampaknya langsung terasa ke jaringan global, dengan hashrate Bitcoin turun sekitar 8% dalam waktu singkat.
Data dari Hashrate Index menunjukkan kekuatan komputasi jaringan Bitcoin turun dari sekitar 1.124 EH/s ke 1.078 EH/s. Penurunan ini menjadi salah satu yang paling tajam sepanjang tahun, meski jaringan tetap berjalan tanpa gangguan besar.
Shutdown Xinjiang Picu Guncangan Hashrate Global
Pendiri perusahaan teknologi Nano Labs, Jack Kong, mengungkapkan bahwa penurunan ini berkaitan dengan penutupan besar-besaran fasilitas mining di Xinjiang.
Dilansir dari Crypto Ninjas, ia memperkirakan sekitar 400.000 mesin ASIC berhenti beroperasi, setara dengan hilangnya hampir 100 EH/s hashrate.
Xinjiang selama ini dikenal sebagai salah satu pusat penambangan Bitcoin karena listrik berbasis batu bara yang murah dan kapasitas industri besar.
Namun, wilayah ini juga memiliki risiko regulasi tinggi, mulai dari inspeksi mendadak hingga pembatasan pasokan listrik. Akibatnya, banyak operasi mining di China berjalan dalam kondisi semi-legal sejak larangan nasional tahun 2021.
Ketika pasokan listrik diputus atau terjadi inspeksi, penambang sering kali tidak punya waktu untuk bersiap, sehingga mesin langsung mati bersamaan.
Apa Arti Penurunan Hashrate 8% untuk Bitcoin?
Meski terdengar ekstrem, Bitcoin memang dirancang tahan terhadap gangguan semacam ini.
Sistem difficulty adjustment akan menyesuaikan tingkat kesulitan penambangan secara otomatis, sehingga jaringan tetap seimbang meski kekuatan komputasi turun.
Dalam jangka pendek, penurunan hashrate bisa menyebabkan waktu konfirmasi blok sedikit lebih lama. Namun setelah penyesuaian kesulitan, jaringan biasanya kembali stabil tanpa perlu intervensi manual.
Bagi penambang di luar China, situasi ini justru bisa membuka peluang. Dengan lebih sedikit pesaing aktif, peluang mendapatkan reward per mesin bisa meningkat, setidaknya sampai hashrate pulih atau berpindah ke wilayah lain.
Pergeseran Penambangan Global Makin Nyata
Insiden Xinjiang ini kembali menegaskan bahwa pusat kekuatan mining Bitcoin terus bergeser keluar dari China.
Ketergantungan pada wilayah berisiko tinggi membuat operasi penambangan sulit bertahan dalam jangka panjang.
Tekanan margin, harga reward yang menurun, dan ketidakpastian regulasi membuat sebagian penambang memilih mematikan mesin sementara.
Dalam konteks global, kejadian ini mempercepat redistribusi hashrate ke kawasan dengan regulasi dan pasokan energi yang lebih stabil.