Bitcoin (BTC) kembali mencetak sinyal teknikal penting. Untuk kelima kalinya sejak 2020, aset kripto terbesar ini membentuk Golden Cross, pola yang secara historis kerap muncul sebelum fase kenaikan harga dimulai.
Sinyal ini muncul di tengah pergerakan harga Bitcoin yang masih cenderung datar di kisaran US$86.000, membuat pelaku pasar terpecah antara sikap waspada dan optimisme jangka menengah.
Golden Cross Kembali Terbentuk di Saat Pasar Masih Ragu
Golden Cross terjadi ketika rata-rata pergerakan jangka pendek melampaui rata-rata jangka panjang, kondisi yang sering dibaca sebagai sinyal perubahan tren ke arah bullish.
Menurut analisis yang dibagikan trader kripto Merlijn The Trader, Golden Cross yang baru terbentuk ini merupakan yang kelima sejak 2020.
Menariknya, kemunculan pola serupa di masa lalu hampir selalu terjadi saat sentimen pasar masih lemah dan keyakinan investor belum sepenuhnya pulih.
Dalam siklus sebelumnya, Golden Cross Bitcoin tercatat diikuti reli dengan besaran berbeda-beda:
- sekitar 87% pada awal 2020
- 47% pada fase lanjutan
- 78% saat reli 2021
- dan 33% pada siklus berikutnya
Namun, pola tersebut tidak langsung diikuti lonjakan harga. Bitcoin biasanya bergerak sideways cukup lama sebelum akhirnya memasuki fase kenaikan.
Potensi Rally 45% Mengarah ke Area Psikologis Baru
Melansir dari Coinpedia, dengan harga Bitcoin saat ini berada di sekitar US$86.600, bahkan skenario kenaikan terendah berdasarkan data historis, yakni 33%, berpotensi mendorong harga mendekati US$115.000.
Merlijn menilai, jika momentum pasar membaik dan pola historis kembali terulang, rally di kisaran 45% hingga 50% bisa terjadi dalam beberapa bulan ke depan.
Dalam skenario ini, harga Bitcoin berpeluang menguji area US$130.000, bahkan lebih tinggi jika tekanan beli berlanjut.
Meski demikian, proyeksi ini tetap berbasis data historis dan bukan jaminan pergerakan harga dalam jangka pendek.
Tekanan Jangka Pendek Masih Membayangi Harga Bitcoin
Di balik sinyal teknikal yang positif, kondisi pasar saat ini belum sepenuhnya mendukung reli cepat.
Data on-chain menunjukkan sekitar 6,7 juta BTC masih berada dalam posisi rugi, menciptakan potensi tekanan jual yang kuat, terutama di area US$90.000 hingga US$95.000.
Likuiditas pasar juga relatif menipis akibat aktivitas perdagangan yang menurun selama periode libur. Situasi ini sering memicu pergerakan harga yang tajam, namun tidak selalu berkelanjutan.
Selain itu, aktivitas beli belakangan ini lebih banyak didorong oleh trader derivatif, sementara permintaan dari pasar spot jangka panjang belum terlihat dominan. Kondisi tersebut membuat kenaikan harga masih rawan tertahan dalam jangka pendek.