Musim liburan akhir tahun biasanya identik dengan harapan akan Santa Rally. Namun menjelang akhir 2025, pemegang Bitcoin justru dihadapkan pada sinyal peringatan, bukan euforia. Harga Bitcoin bergerak lemah di sekitar US$ 87.440, hanya mencatatkan kenaikan tipis 0,33 persen, sementara struktur pasar terlihat rapuh.
Kondisi ini pun memicu kembali perdebatan lama di kalangan analis, yakni apakah Bitcoin sedang mendekati dasar jangka menengah, atau justru bersiap menghadapi koreksi yang lebih dalam. Di media sosial, fenomena yang dijuluki “fractal fever” mulai merebak, dengan banyak analis membandingkan pola harga saat ini dengan puncak siklus bull run 2021.
Pada Desember 2021, Bitcoin sempat menyentuh US$ 51.700 pada 24 Desember, sebelum jatuh sekitar 34 persen hanya dalam satu bulan. Jika kecepatan penurunan yang sama diterapkan pada kondisi saat ini, sejumlah analis memperkirakan Bitcoin berpotensi tergelincir menuju US$ 70.000 pada Januari mendatang. Level tersebut kini menjadi titik perhatian utama bagi trader bearish, menggeser fokus pasar dari pertanyaan “Kapan enam digit” menjadi seberapa dalam koreksi akan berlangsung.
Seorang pengguna media sosial X bahkan mengakui bahwa meski biasanya skeptis terhadap analisis fraktal, kombinasi level harga dan pergerakan saat ini membuat skenario penurunan lanjutan terlihat masuk akal. Sentimen serupa juga disampaikan oleh Kaleo, salah satu analis yang menilai pasar berada di posisi yang yang mengingatkan pada fase menjelang reli besar pada akhir 2020, periode sunyi sebelum lonjakan harga berikutnya.
Di tengah kekhawatiran tersebut, sebagian analis justru melihat struktur pasar yang lebih konstruktif. Bitcoin kini membentuk pola yang sering disebut sebagai mini-Bart, di mana harga menghapus sebagian besar kenaikan sebelumnya lalu bergerak datar dalam rentang yang lebih rendah. Setelah kehilangan satu level support penting, pasar memasuki fase konsolidasi lambat yang terasa membosankan bagi banyak pelaku pasar.
Namun secara historis, fase-fase tenang seperti ini kerap menjadi fondasi bagi pergerakan besar berikutnya. Alih-alih menandai awal bear market panjang, beberapa analis menilai struktur saat ini justru membuka peluang menuju apa yang disebut sebagai Bitcoin Supercycle. Dalam skenario ini, penembusan all-time high baru pada 2026 dapat memicu reli yan lebih berkelanjutan, diikuti altcoin season yang nyata serta lonjakan aktivitas dari aplikasi kripto arus utama.
Meski demikian, data teknikal menunjukkan bahwa kehati-hatian tetap diperlukan. Analisis terbaru mencatat bahwa Bitcoin masih bertahan di antara moving average 50-minggu dan 100-minggu, dengan area US$ 84.000 – US$ 85.000 berfungsi sebagai zona penyangga utama. Beberapa analis bahkan menilai level di bawah US$ 80.000 sebagai area akumulasi kuat jika tekanan jual berlanjut.
Sementara data dari CryptoQuant memperkuat pandangan tersebut. Indikator True MVRV hanya mencapai 2,17 pada 2024, jauh lebih rendah dibanding puncak siklus sebelumnya. Ini mengindikasikan pasar yang lebih matang, di mana pelaku besar cenderung mengambil keuntungan lebih awal, sehingga mengurangi potensi lonjakan dan kejatuhan dramatis.