Bulan Juni 2025 menjadi titik krusial bagi pasar aset kripto global. Tanda-tanda awal yang biasanya menjadi pemicu altseason—periode di mana altcoin mengalami lonjakan harga signifikan—mulai terlihat sejak kuartal kedua tahun ini. Namun, potensi reli tersebut terguncang hebat akibat meningkatnya tensi geopolitik antara Israel dan Iran, yang memuncak menjadi konflik bersenjata terbuka pada pertengahan Juni.
Lonjakan ketegangan di Timur Tengah memicu kepanikan di pasar keuangan global. Aset berisiko, termasuk kripto, langsung mendapat tekanan berat. Momentum altseason yang biasanya ditopang oleh pergeseran modal dari Bitcoin ke altcoin kini terhambat oleh menguatnya dominasi Bitcoin (BTC Dominance/BTC.D), serta meningkatnya kekhawatiran investor terhadap ketidakstabilan regional.
Investor institusional, yang selama ini menjadi pendorong utama pertumbuhan pasar kripto, memilih mengambil sikap wait and see. Mereka menunda eksposur ke aset dengan volatilitas tinggi sembari menanti kepastian arah konflik geopolitik. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: Akankah Juni tetap menjadi momen kunci bagi altseason? Atau justru berubah menjadi fase konsolidasi yang dipicu oleh ketidakpastian global?
Situasi Geopolitik: Operasi Militer dan Balasan Iran
Pada 13 Juni 2025, Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran terhadap instalasi militer dan fasilitas nuklir Iran dalam operasi yang diberi nama Operation Rising Lion. Iran merespons agresi tersebut dengan mengerahkan rudal balistik dan drone ke sejumlah wilayah Israel. Konflik ini langsung mengguncang pasar global—indeks saham anjlok, harga minyak mentah dan emas melonjak, dan investor berbondong-bondong mencari perlindungan pada aset safe haven seperti dolar AS.
Dampak Langsung Terhadap Aset Kripto
Ketegangan geopolitik tersebut dengan cepat merembet ke pasar kripto. Harga Bitcoin (BTC) sempat turun ke bawah level US$103.000, sementara altcoin utama seperti Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan XRP mengalami koreksi tajam dalam waktu 48 jam terakhir.
Menurut laporan Barron’s, volatilitas tajam ini mencerminkan tingginya kecemasan investor terhadap dampak konflik yang belum mereda.
Altseason: Tertunda, Bukan Gagal?
Sebelum konflik mencapai puncaknya, indikator teknikal serta data sentimen menunjukkan bahwa pasar tengah bersiap memasuki fase altseason. Namun, dominasi Bitcoin yang kembali menguat hingga menyentuh angka 64% menjadi sinyal bahwa investor masih enggan beralih ke altcoin dalam situasi global yang tidak menentu.
Meski demikian, sejumlah analis meyakini bahwa altseason 2025 belum berakhir—melainkan hanya tertunda. Jika konflik Israel-Iran mulai mereda dan harga Bitcoin kembali stabil, maka arus modal ke aset berisiko seperti altcoin diyakini akan kembali mengalir. Sejarah mencatat bahwa fase rotasi dari Bitcoin ke altcoin kerap menghasilkan imbal hasil tinggi saat stabilitas pasar pulih.
Kesimpulan: Ujian Ketahanan Altcoin di Tengah Geopolitik Panas
Juni 2025 bukanlah penutup bagi altseason, tetapi menjadi periode ujian terhadap ketahanan pasar altcoin di tengah krisis geopolitik. Eskalasi konflik antara Israel dan Iran telah mengganggu arus modal yang sejatinya menjadi pendorong utama altcoin. Namun, dari sisi teknikal dan fundamental, prospek altseason tetap terbuka—asal stabilitas kawasan dapat segera dipulihkan.