Pasar aset kripto mengalami kemerosotan tajam dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC) turun drastis menjadi US$ 106.000 per koin, sementara sejumlah Altcoin mengalami penurunan yang bahkan lebih dalam di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap ketegangan geopolitik serta isu tarif dari Amerika Serikat.
Berdasarkan data Coinmarketcap pada Jumat (13/6/2025) pukul 06.05 WIB, total kapitalisasi pasar global kripto mengalami penyusutan sebesar 2,68%, menjadi US$ 3,31 triliun dalam satu hari terakhir. Bitcoin (BTC), sebagai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, tercatat turun sebesar 2,2% dalam 24 jam. Saat ini, harga Bitcoin berada di level US$ 106.017 per koin atau setara dengan Rp 1,72 miliar (dengan asumsi kurs Rp 16.227 per dolar AS).
Penurunan yang lebih besar terjadi pada sejumlah altcoin. Ethereum (ETH) anjlok 4,2% menjadi US$ 2.643 per koin, Solana (SOL) merosot 4,8% ke posisi US$ 152,73, XRP tergerus 3,21% ke US$ 2,19, Dogecoin (DOGE) jatuh 5,83% menjadi US$ 0,181, dan Binance Coin (BNB) turun 1,37% ke level US$ 654 per koin.
Mengutip laporan dari CoinDesk, pasar kripto mengalami tekanan hebat kembali. Ketakutan investor semakin memuncak setelah mantan Presiden AS, Donald Trump, memberi sinyal akan terjadi konflik besar di kawasan Timur Tengah. Hal ini menyusul kegagalan negosiasi nuklir dengan Iran serta adanya ancaman serangan dari Israel.
Trump juga kembali memunculkan wacana soal tarif perdagangan menjelang tenggat waktu awal Juli. Hal ini menimbulkan potensi gejolak yang lebih luas di pasar keuangan global.
“Ada potensi konflik besar yang bisa terjadi,” ujar Trump saat memberikan pernyataan di Gedung Putih. Ia juga menegaskan bahwa pemerintah telah mengimbau warga AS yang berada di kawasan tersebut untuk segera keluar demi alasan keamanan.
Tekanan di Pasar
Meskipun bursa saham Amerika Serikat berhasil menutup sesi perdagangan dengan kenaikan yang moderat, pasar kripto justru tidak mampu menahan tekanan dan mengalami koreksi tajam.
Tekanan pada aset-aset berisiko ini muncul di tengah dirilisnya data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Salah satunya adalah Indeks Harga Produsen (PPI) bulan Mei yang tercatat lebih rendah dari ekspektasi pasar. Selain itu, jumlah klaim tunjangan pengangguran mingguan tetap tinggi di angka 248 ribu, yang merupakan level tertinggi sejak November 2021.
Situasi tersebut mendorong spekulasi bahwa bank sentral AS (The Fed) mungkin perlu segera melakukan pelonggaran kebijakan moneter, meskipun sebelumnya bersikap tegas (hawkish).
Namun, Trump kembali melancarkan kritik terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell, dengan menyebutnya “numbskull” (bodoh) dan mengancam akan memaksakan perubahan kebijakan ekonomi jika kembali berkuasa.